Pada tahun 1637, Kesultanan Banten mendirikan perbentengan baru di sekeliling Banten untuk melawan serangan yang diduga akan berasal dari Mataram. Untuk tujuan pertahanan tersebut, diduga telah dipasang sebuah meriam di depan gerbang benteng sebelah selatan. Namun berdasarkan legenda yang beredar di masyarakat, meriam ini diletakkan di sisi benteng berdekatan dengan kanal, di satu gubug beratap tanpa dinding. Arah hadapnya ke utara, seakan dipersiapkan untuk menembak kapal musuh yang hendak merapat ke pantai.
Pada bagian atas mulut meriam ini terdapat prasasti berbahasa Arab yang berbunyi, “aqibatul khoirrissalamatuliiman”. Prasasti tersebut merupakan candrasengkala yang menunjukkan angka tahun 1450 Saka, yang bersamaan dengan tahun 1528 - 1529. Diperkirakan, meriam Ki Amuk masih ada hubungannya dengan meriam Ki Jimat, yang merupakan hadiah Sultan Trenggono dari Demak kepada Sunan Gunung Jati.
Comments